PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP FITNAH

PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP FITNAH
Fitnah merupakan Dasa akusala kammapatha yang akan menimbulkan akibat yang berat apabila sering dilakukan secara berulang-ulang. Pekat tidaknya kekotoran batin yang muncul dan kuat tidaknya usaha yang ditempuh juga mempengaruhi akibat dari omong kosong (Sanjiva Putta,1990:31). Ucapan seharusnya tidak dikuasai dengan pikiran-pikiran yang jahat seperti ketamakan, kemarahan, kecemburuan, kesombongan, atau egoisme. Ucapan yang dapat menghambat ketenangan dan pemikiran benar, silat lidah membawa pada semua jenis pembicaraan yang salah. Buddha mengatakan: “Para bhikkhu terdapat lima kerugian dan bahaya dalam ucapan salah: pembicaraan yang silat lidah, mengeluarkan kata dusta, fitnah, berbicara kasar, dan omong kosong, setelah meninggal dunia akan dilahirkan kembali di alam kehidupan yang” menyedihkan (A.III.254).

 Konsep Samphappalapa

Samphappalapa merupakan dasa akusala kammapata, omong kosong termasuk perbuatan jahat yang dilakukan oleh ucapan, termasuk dusta, pergunjingan, berbicara kasar, dan omong kosong (Dhammananda, 2004:230).
Samphappalapa yaitu meningggalkan ucapan yang berniat jahat, menahan diri dari ucapan yang berniat jahat mendengar dan diceritakan di tempat lain dengan tujuan menimbulkan perpecahan atau mendengar di tempat lain tidak diceritakan disini untuk tujuan menimbulkan perpecahan. Dengan meninggalkan ucapan yang tidak bermanfaat, menjadi manusia yang menceritakan yang masuk akal dan sesuai dengan kenyataan, baik, Dhamma, vinaya, dan berbicara pada saat yang tepat, pembicaraan yang pantas dicatat, beralasan, pasti, dan berkaitan dengan kebajikan (M.I.8; D.I.64 ).
 Individu berbicara sebagaimana bertindak, “janganlah berbicara bila tidak mempraktekkannya, orang bijaksana akan dapat dilihat dengan jelas. Mereka mempraktekkannya dengan apa yang diucapkannya” (S.I.35).
Omong kosong yaitu membicarakan ucapan yang tidak pada waktunya, tidak beralasan, dan tidak bermanfaat yang tidak ada hubungannya dengan dhamma dan vinaya yaitu pembicaraan yang tidak berharga untuk disimpan, tidak menguntungkan, tidak dianjurkan, tidak terkendali dan mencelakakan (Pontoh, 2006:44).
 Mendengar sesuatu tidak akan  menyampaikan di tempat lain untuk menimbulkan perpecahan, atau setelah mendengar sesuatu di tempat lain,  tidak akan menyampaikannya di sini  untuk menimbulkan  perpecahan. Kerukunan merupakan kesenangan, kegembiraan dan kebahagiaannya; kerukunan adalah tujuan pembicaraannya didengar, menyenangkan, menarik hati, sopan santun dan damai kepada manusia. Individu yang berbicara pada saat yang tepat, sesuai dengan kenyataan, tentang kebajikan, tentang Dhamma dan Vinaya. Ia mengucapkan kata-kata yang bernilai (M.I.345).
Mengendalikan diri, menjaga pintu-pintu indera, tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan bagi yang lain dan menghindari ucapan tidak bermanfaat, dengan kata lain tiada penambahan kebajikan (D.I.2).
Individu harus mengembangkan sikap mawas diri terhadap semua yang diucapakan, sehingga akan mampu membedakan cara panyampaan yang mengganggu individu lain dan yang membuat gembira. Dengan mawas diri, individu akan mampu menentukan nilai semua pemikiran, kata-kata, dan perbuatan. Pikiran yang terkendali berarti kata-kata terkendali dan perbuatan terkendali, sehingga menjadi individu yang luhur dan damai (Dhammananda, 1993:194).
Perkataan salah atau perkataan tidak bermanfaat yaitu perkataan atau ucapan yang menyakitkan serta menyebabkan perpecahan dan perselisihan. Menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat artinya segala pembicaraan diucapkan haruslah dipikir terlebih dahulu dan tidak melakukan pembicaraan yang tidak berguna. Samphappalapa veramni sikkhapadam sammadiyamiini mengajarkan agar individu dapat bersikap dewasa dan penuh perhatian (Tim penyusun, 2003:97


- Fikiran merupakan dasar dari segala perbuatan manusia. Fikiran baik akan membentuk perbuatan baik. Fikiran buruk membentuk emosi-emosi negatif seperti iri hati, kedengkian, iri hati, kemarahan dan dendam. Penderitaan manusia merupakan akibat dari perbuatan buruk yang dilakkukan melalui pikiran, ucapan, dan badan jasmani. Kemarahan, kesombongan, kekeraskepalaan, penipuan, kedengkian, suka bercakap besar, egoisme yang berlebihan, bergaul yang tidak bermoral, adalah bau busuk bukan kerana makan daging.

- Fikiran merupakan kekuatan yang membentuk perilkau manusia. Fikiran baik akan membuahkan kebahagiaan, fikiran yang tidak baik akan membuahkan penderitaan. sifat mementingkan diri sendiri merupakan hasil daripada kekuatan fikiran yang tidak baik dan membawa penderitaan.

- Fikiran jahat dapat diatasi dengan kuasa positif iaitu mengembangkan fikiran luhur. Cinta kasih dan belas kasih merupakan penghapusan kebencian. Melalui pembangunan kasih sayang, belas kasih dan niat baik membuat fikiran jahat dapat diatasi. Fikiran yang diliputi cinta kasih, kasih sayang, simpati, dan keseimbangan batin akan membuahkan kebahagiaan. Kekayaan sami-sami adalah fikiran yang penuh cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), simpati (mudita), dan keseimbangan batin (upekkha)

- Fikiran yang muncul tanpa didasari pangertian benar mengekibatkan berbagai macam masalah dan menghasilkan arah hidup yang rendah. Selama manusia belum memutuskan keinginan-keinginan, maka akan diliputi oleh keadaan batin yang yabg negatif keinginan-keinginan yang tidak pernah berpuas hati, sehingga menimbulkan penderitaan.

- Fikiran yang tidak baik adalah fikiran yang diliputi akar ketamakan, kebencian dan kebodohan batin serta fikiran yang senantiasa diliputi keinginan untuk membunuh, mencuri, berpandangan salah dalam kesenangan indera, ucapan tidak benr, ucapan dengki, gosip, irihati, niat jahat, dan pandangan salah.

- Fikiran jahat harus dikawal supaya dapat menekan perbuatan buruk. Mengendalikan fikiran adalah mengerahkan fikiran yang tertumpu pada kebenaran melalui usaha benar, penuh pengertian dan mengekang serta menekan fikiran jahat. Usaha benar adalah mencegah dan melepaskan diri dari fikiran buruk, seperti nafsu keinginan, keengganan, kebodohan, jahat, kejam dan irihati.

-       Fikiran yang tak terkawal menjadi masalah manusia dan akan memperbudak manusia.

- Fikiran sangat cepat berubah memikirkan sesuatu tetapi begitu cepat pula barganti memikirkan sesuatu. Fikiran sangat sukar dikawal, bergerak sangat cepat menuju ke mana ia mahu pergi, melatih fikiran adalah baik, fikiran yang terkandali akan membawa kebahagiaan.

- Fikiran sangat cepat berubah-ubah sehingga sangat sukar dikawal. Namun bagaimana sukarnya, sebagai umat buddha selalu berusaha agar dapat mengendalikan fikiran. 

Mengendalikan fikiran adalah penting, kerana fikiran diibaratkan sebagai majikan, sebagai pemimpin. Setiap gerak dari jasmani, ucapan atau keadaan batin yang bermula adalah merupakan manifestasi dari fikiran.



-Fikiran yang diibaratkan sebagai pemimpin yang sudah dimasuki oleh pikiran jahat, maka ucapan dan perbuatan jasmani sebagai anak buahnya juga akan bertindak jahat seperti yang diperintahkan oleh fikiran. Hasilnya adalah penderitaan, tetapi sebaliknya apabila piikiran baik seseorang berkata atau berbuat dengan jasmani, maka kebahagiaanlah yang akan diraihnya.Mengendalikan fikiran sama halnya dengan memberi perhatian kepada fikiran agar tidak dilekati oleh noda-noda yang akan melekat, serta berusaha mengikis noda-noda yang telah terlanjur melekat agar fikiran menjadi bersih. 

Comments

Popular posts from this blog

PANDANGAN AGAMA HINDU TERHADAP FITNAH

PUNCA BERLAKU FITNAH